Sirpu yang sering pula disebut Sirtu, Cipoh, Cipow, Cipeuw telah banyak dipelihara di Indonesia. Di kalangan penghobi burung kicau burung ini, sedikitnya selalu jadi pilihan untuk di pelihara dikarenakan suara burung sirpu sangat merdu.. stiririrrrrrr...puuuuuuh.....
Sirpu ditetapkan sebagai anggota keluarga Aegithidae, dengan nama spesies Aegithina tiphia. Perawatan si mungil ini memang gampang-gampang susah. Tetapi pola perawatan secara konsisten dan pemberian ransum pakan yang sesuai akan membuat si hijau zaitun ini menjadi gacor, simak artikel perawatannya di sini.

Jadi di Indonesia terdapat sedikitnya 3 subspesies sirpu. Hal ini perlu dijelaskan, agar sobat kicaumania tidak bingung jika melihat ada sirpu yang memiliki sedikit perbedaan dari sirpu yang biasa dilihatnya.
Selama musim kawin, terutama Maret-Juni di musim hujan, burung jantan akan melakukan peragaan percumbuan yang akrobatis, terbang ke udara menegakkan bulu-bulunya, terutama pada pantatnya yang hijau pucat, kemudian berputar balik ke sarangnya. Sewaktu mendarat, dia mengembangkan ekornya dan menurunkan sayapnya. Dua dari empat telurnya diletakkan dalam sarang kecil dan kompak, dan berbentuk seperti cawan yang terbuat dari re-rumputan dan diletakkan pada ujung percabangan. Sarang mereka diletakkan 2-25 kaki dari tanah. Berukuran sekitar 2,5 inci dengan kedalaman 20 inci. Di Jawa, setiap kali bertelur, hanya menghasilkan 2-3 butir saja. Baik jantan dan betina mengerami dan telur menetas setelah 14 hari kemudian.
Burung sirpu jantan sebenarnya memiliki banyak variasi suara. Oleh karena itu, banyak penggemar burung kicauan memaster burung ini dengan burung ciblek, prenjak, gelatik batu, dan parkit. Sedangkan burung betina cenderung ngekrak dan suara lain yang monoton. Untuk perawatan dan Pemilihan Jenis Kelamin Sirpu bisa dibaca sini.
(sumber : http://koranburung.blogspot.com/2017/07/mengenal-jenis-burung-sirpu-sirtu-si.html)
Posting Komentar